Artis Ditolak, Artis Menolak
Penolakan bagi Julia Perez dan Maria Eva menjadi calon wakil bupati menguat. Alasannya, keduanya pernah berbuat asusila. Sebaliknya, Denada dan Lola Amaria justru menolak ikut Pilkada.
"Itu sudah biasalah (video dan foto vulgar, red). Cobaan itu sudah biasa. Memang harus dicoba sama Tuhan," ungkap Jupe, baru-baru ini di Jakarta. Jupe mengaku siap menerima black campaign.
"Sejak pertama kali saya menyatakan kesiapan, saya sudah siap menerima apapun. Masih banyak yang harus saya lakukan mulai dari masalah administrasi, masalah mental, banyak deh," tuturnya tersenyum.
Jupe pantang mundur karena ingin menyejahterakan rakyat Pacitan. "Kalau berita buruk itu bagus juga buat Jupe, untuk menginstropeksi diri agar menjadi lebih benar. Kalau berita benar pasti akan berdampak pada kemenangan Jupe di pemilihan ini. Tenang saja," paparnya. Sejauh ini, kasus itu tak membuat Jupe hilang asa. Pro dan kontra adalah hal yang biasa.
Sementara Maria Eva yang terlanjur jalan pun tak peduli skandal cinta dengan tokoh politik di masa lalunya. Ia berani mengambil risiko dan mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Sidoarjo.
"Aku nggak pernah mencalonkan diri. Setelah batal oleh PAN, aku diusung partai-partai kecil. Kalau aku mundur sudah tidak mungkin. Bola panas itu sudah bergulir, jadi saya harus maju terus," terang Eva.
Belum pasti masuk menjadi calon Wabup, kritikan pedas menghujatnya. Eva tenang menyikapinya. "Kita tidak bisa menyangkal kalau artis yang mempunyai popolaritas dapat mendongkrak suara. Jadi sekarang nggak bisa nenutup mata," tutur Eva.
Jika sampai Eva terpilih, tantangan berat menunggunya. Selain masalah lumpur Sidoarjo yang belum pulih, Eva juga harus meningkatkan sektor perekonomian Sidoarjo yang terpuruk.
"Kalau menurut aku pariwista Sidoarjo sudah bagus, industrinya yang dibangun. Pabrik-pabriknya yang kita bangun karena kita tahu kemarin banyak yang menjadi korban Lapindo. Bagaimana caranya membangun itu, itu PR (pekerjaan rumah, red) buat kita," tutur Eva.
Eva mengaku tak menaruh banyak harapan. Ia pasrah jika gagal terpilih. "Awalnya aku nggak pernah mencalonkan. Kalau tidak terpilih pun aku nggak kecewa karena kami nggak ada kesepakatan apa-apa," tutur bintang film Film Horor ini.
Semua mengetahui, pencalonan Maria Eva ini sudah beredar luas melalui jejaring sosial Facebook, terutama di kalangan pemuda, LSM, dan kontraktor Sidoarjo. Pastinya poster Eva 'berdandan' dengan pakaian dinas bupati, terlihat seksi.
Harapan Jupe dan Eva, sepertinya hanya sekadar harapan. Mengingat secara cepat Kementrian Dalam Negeri langsung menyusun rancangan revisi UU No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah terkait syarat calon kepala daerah.
Meski tak ada kaitan dengan fenomena sejumlah artis seksi maju dalam pemilu kepala daerah, sulit menepis, niatan revisi UU No 32/2004 tak lain karena munculnya beberapa selebritis yang berkeinginan maju dalam Pemilu Kepala Daerah (Pilkada).
Namun Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi langsung menepis spekulasi rencana revisi UU Pemda secara terbatas itu tujuannya demi menjegal artis seperti Jupe maupun Maria Eva.
"Nggak, nanti Jupe marah sama saya," kelakar bekas Gubernur Sumatera Barat itu di Istana Negara, Jakarta, baru-baru ini usai pembukaan Munas Asosiasi DPRD se-Indonesia.
Gamawan menyebutkan rencana revisi terbatas itu terkait dengan persyaratan calon kepala daerah dengan menambahkan klausul setiap pasangan bakal calon kepala daerah harus mempunyai pengalaman berorganisasi. Baik organisasi kemasyarakatan, partai politik atau pernah duduk di lembaga legislatif. Belum lagi syarat lainnya.
Syarat yang memberatkan, tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Menurut Gamawan, pelaku zina dan berpose porno terancam tidak bisa masuk kualifikasi persyaratan kepala daerah.
Kenyataan itu, membuat Jupe dan Eva harus siap mengubur impiannya menjadi calon pejabat. Sekadar mengingatkan, keduanya pernah tampil seksi, bahkan asusila.
Berbeda dengan Jupe dan Eva, Denada dan Lola Amaria justru melakukan penolakan untuk menjadi calon bupati. "Saya pribadi menolak dicalonkan, meskipun banyak artis-artis sekarang yang nyalonin. Daerah mana nggak perlu ya? Pastinya kapasitas saya masih kurang untuk jadi bupati," ungkap Denada, baru-baru ini saat ditemui di Menteng, Jakarta Pusat.
Denada tak ingin memberi contoh buruk buat masyarakat. Ia menegaskan tidak ingin mengikuti mamanya, Emilia Contesa. Denada menambahkan, "Mungkin mama maju jadi bupati untuk menikmati hari tua nanti. Apalagi mama itu punya banyak keinginan untuk warga Banyuwangi."
Lola Amaria setali tiga uang dengan Denada. Ia tegas menolak jadi bupati atau pejabat. "Saya ditawari jadi pejabat pernah, tapi saya nggak mau," ungkap Lola, baru-baru ini saat ditemui di PPHUI, Kuningan, Jakarta Selatan. Menolak menjadi calon pejabat, karena Lola ingin bebas dan jujur, serta anti korupsi
"Itu sudah biasalah (video dan foto vulgar, red). Cobaan itu sudah biasa. Memang harus dicoba sama Tuhan," ungkap Jupe, baru-baru ini di Jakarta. Jupe mengaku siap menerima black campaign.
"Sejak pertama kali saya menyatakan kesiapan, saya sudah siap menerima apapun. Masih banyak yang harus saya lakukan mulai dari masalah administrasi, masalah mental, banyak deh," tuturnya tersenyum.
Jupe pantang mundur karena ingin menyejahterakan rakyat Pacitan. "Kalau berita buruk itu bagus juga buat Jupe, untuk menginstropeksi diri agar menjadi lebih benar. Kalau berita benar pasti akan berdampak pada kemenangan Jupe di pemilihan ini. Tenang saja," paparnya. Sejauh ini, kasus itu tak membuat Jupe hilang asa. Pro dan kontra adalah hal yang biasa.
Sementara Maria Eva yang terlanjur jalan pun tak peduli skandal cinta dengan tokoh politik di masa lalunya. Ia berani mengambil risiko dan mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Sidoarjo.
"Aku nggak pernah mencalonkan diri. Setelah batal oleh PAN, aku diusung partai-partai kecil. Kalau aku mundur sudah tidak mungkin. Bola panas itu sudah bergulir, jadi saya harus maju terus," terang Eva.
Belum pasti masuk menjadi calon Wabup, kritikan pedas menghujatnya. Eva tenang menyikapinya. "Kita tidak bisa menyangkal kalau artis yang mempunyai popolaritas dapat mendongkrak suara. Jadi sekarang nggak bisa nenutup mata," tutur Eva.
Jika sampai Eva terpilih, tantangan berat menunggunya. Selain masalah lumpur Sidoarjo yang belum pulih, Eva juga harus meningkatkan sektor perekonomian Sidoarjo yang terpuruk.
"Kalau menurut aku pariwista Sidoarjo sudah bagus, industrinya yang dibangun. Pabrik-pabriknya yang kita bangun karena kita tahu kemarin banyak yang menjadi korban Lapindo. Bagaimana caranya membangun itu, itu PR (pekerjaan rumah, red) buat kita," tutur Eva.
Eva mengaku tak menaruh banyak harapan. Ia pasrah jika gagal terpilih. "Awalnya aku nggak pernah mencalonkan. Kalau tidak terpilih pun aku nggak kecewa karena kami nggak ada kesepakatan apa-apa," tutur bintang film Film Horor ini.
Semua mengetahui, pencalonan Maria Eva ini sudah beredar luas melalui jejaring sosial Facebook, terutama di kalangan pemuda, LSM, dan kontraktor Sidoarjo. Pastinya poster Eva 'berdandan' dengan pakaian dinas bupati, terlihat seksi.
Harapan Jupe dan Eva, sepertinya hanya sekadar harapan. Mengingat secara cepat Kementrian Dalam Negeri langsung menyusun rancangan revisi UU No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah terkait syarat calon kepala daerah.
Meski tak ada kaitan dengan fenomena sejumlah artis seksi maju dalam pemilu kepala daerah, sulit menepis, niatan revisi UU No 32/2004 tak lain karena munculnya beberapa selebritis yang berkeinginan maju dalam Pemilu Kepala Daerah (Pilkada).
Namun Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi langsung menepis spekulasi rencana revisi UU Pemda secara terbatas itu tujuannya demi menjegal artis seperti Jupe maupun Maria Eva.
"Nggak, nanti Jupe marah sama saya," kelakar bekas Gubernur Sumatera Barat itu di Istana Negara, Jakarta, baru-baru ini usai pembukaan Munas Asosiasi DPRD se-Indonesia.
Gamawan menyebutkan rencana revisi terbatas itu terkait dengan persyaratan calon kepala daerah dengan menambahkan klausul setiap pasangan bakal calon kepala daerah harus mempunyai pengalaman berorganisasi. Baik organisasi kemasyarakatan, partai politik atau pernah duduk di lembaga legislatif. Belum lagi syarat lainnya.
Syarat yang memberatkan, tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Menurut Gamawan, pelaku zina dan berpose porno terancam tidak bisa masuk kualifikasi persyaratan kepala daerah.
Kenyataan itu, membuat Jupe dan Eva harus siap mengubur impiannya menjadi calon pejabat. Sekadar mengingatkan, keduanya pernah tampil seksi, bahkan asusila.
Berbeda dengan Jupe dan Eva, Denada dan Lola Amaria justru melakukan penolakan untuk menjadi calon bupati. "Saya pribadi menolak dicalonkan, meskipun banyak artis-artis sekarang yang nyalonin. Daerah mana nggak perlu ya? Pastinya kapasitas saya masih kurang untuk jadi bupati," ungkap Denada, baru-baru ini saat ditemui di Menteng, Jakarta Pusat.
Denada tak ingin memberi contoh buruk buat masyarakat. Ia menegaskan tidak ingin mengikuti mamanya, Emilia Contesa. Denada menambahkan, "Mungkin mama maju jadi bupati untuk menikmati hari tua nanti. Apalagi mama itu punya banyak keinginan untuk warga Banyuwangi."
Lola Amaria setali tiga uang dengan Denada. Ia tegas menolak jadi bupati atau pejabat. "Saya ditawari jadi pejabat pernah, tapi saya nggak mau," ungkap Lola, baru-baru ini saat ditemui di PPHUI, Kuningan, Jakarta Selatan. Menolak menjadi calon pejabat, karena Lola ingin bebas dan jujur, serta anti korupsi