Cerita Kehidupan Pohon Pisang
Cerita Kehidupan - Di ceritakan di dalam perkebunan kecil di suatu tempat. Lalu,,,terdapat banyak pohon pisang tumbuh subur di sana.namun,, ada satu pohon pisang yang tidak tumbuh subur seperti biasanya. Pohon itu terletak di sudut perkebunan. Pohon yang semula selalu berbuah pisang manis, besar, segar dan selalu mendapat pujian dari para petani. Namun,,, entah apa yan g terjadi pada pohon pisang itu sehingga semangatnya hilang tak berbekas.
Makin lama, makin tua pohon pisang itu tak pernah berbuah lagi. Bahkan ia hanya bisa melihat teman-temannya berbuah. Ia hanya dapat bersandar tak berdaya pada sebuah pagar kayu tua sederhana.Dia hanya bia menangis dan kadang melamun sambil melihat teman-temannya yang sedang produktif berbuah itu sambil mendapat pujian dari banyak petani. Hanya dia yang terdiam di pojok kebun itu.
“Dulu aku layaknya mereka. berbuah manisdan besar. Senang ketika melihat para petani itu tersenyum sambil memuji kelebihan ku jika di banggakan dengan pohon-pohon yang lainnya. Namun kini... aku hanya menyusahkan mereka.. dan hanya mampu bersandar di pagar sederhana ini.”, keluhnya pada sang pagar yang tua itu.
“Emmh... aku sama sekali tidak keberatan jika kau bersandar padaku. Bahkan... aku merasa bahagia, karena aku bisa menjadi tempat kau bersandar.”, jawab pagar yang ramah itu.
“Memang apa untungnya untukmu....?”, jawab pohon pisang itu penasaaran.
“Tak taulah... mungkin tidak ada. Selama ini aku hanya mampu mengagumi keindahan daunmu, melihat betapa besarnya buahmu, di sanjung oleh banyak petani karena hasilmu yang sangat mengagumkn itu. Aku selalu berharap kau dapat melihatku. Namun, jangankan untuk melihatku... untuk melirik aku pun saja tak pernah kau lakukan.”jawab pagar dengan penuh makna.
Kelihatannya pohon pisang tambah kebingungan. Dan ia pun bertanya.
“Lalu apa yang membuat mu senang ketika aku bersandar di hadapan mu...? bukankah seharusnya kau membeciku karena aku sangat acuh kepadamu.??”
“Waaah...aku tak bisa bertindak seperti itu. Bagaimanapun, tugas ku adalah menjaga dan melindungi mu. Dan menjadi sesuatu yang berharga bagiku jika aku menjadi tempat bersandarmu. Artinya, fungsi ku bertambah walaupun aku sudah jelek seperti ini.”, jawab sang pagar dengan selalu merendah.
Pohon pisang pun seakan mendapat cahaya terang ketika mendapat jawaban dari sang pagar. Sepertinya hidupnya akan kembali cerah. Lama kelamaan, hari berganti hari, berganti bulan, pohon pisang itu terus bersandar pada sang pagar. Setiap harinya, ia selalu mendapat nasihat-nasihat baru yang selalu membuatnya bangkit kembali walau sedikit demi sedikit. Persahabatan mereka pun terjalin begitu indah dan mengagumkan. Hasil dari nasehat sang pagar akhirnya membuat pohon pisang mempunyai semangat baru yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Akhirnya, dengan susah payah pohon itu kembali bangkit.
“Huuaaah... akhirnya sekian lama aku bersandar, mencoba untuk menata diri, akhirnya tercium pula harum kemenangan ini.”, sahut pohon pisang dengan penuh semangat.
Namun, sang pagar hanya tersenyum seolah ia tidak pernah melakukan apa-apa.
Lama kelamaan, pohon itu akhirnya kembali kokoh dan dapat beradaptasi kembali dengan kawan-kawannya seperti semula. Malah, sekarang buah yang ia hasilkan lebih manis dan sangat besar. Mengalahkan hasil panen teman-temannya.
Ia pun kini memiliki banyaaaaak sekali teman. Karena sifatnya yang tak lagi cuek dang sombong. Kini ia ramah, selalu ceria dan bertambah bijak.
Namun... apa kabar sang pagar ???
Ternyata, di balik kesuksesannya menggapai kembali semua yang telah hilang ia menjadi sibuk dan tak ada waktu berbincang bersama pagar seperti yang dahulu ia rutin lakukan.
Sering sang pagar hanya terdiam dan suatu ketika air matanya jatuk ke tanah gembur yang terdapat di kebun itu.
Namun, di menangis bukan karena kehilangan pohon pisang. Ia menangis karena bisa melihat pohon itu kembali tumbuh subur dan melihat segala usaha dan nasehat yang ia berikan selama ini ternyata tidak sia-sia.
“Ternyata aku masih berguna...”, gumamnya dalam hati.
Karena terlalu lama pohon pisang bersandar pada sang pagar, sang pagar pun rubuh dan tidak dapat menjalankan tugasnya seperti sedia kala lagi. Ia tak mampu untuk menjaga pohon-pohon pisang, bukan hanya itu, untuk kembali berdiri sendiri pun ia sudah tak tahan.
Singkat cerita akhirnya sang pagar di ganti kedudukannya dengan pagar baru yang kuat, gagah, dan kokoh. Suatu ketika, ketika pohon pisang memiliki waktu luang ia iangin berbai kebahagiaannya dengan pagar. Dengan menceritakan semua kesuksesan yang tengah ia raih kembali. Juga tak lupa mengabarkan bahwaia telah memiliki tunas baru yang akan segera berbuah. Ia pun akan berterima kasih pada sang pagar karena selama ini nasehat-nasehatnya lah yang dapat membuat pohon pisang kembali seperti ini.
Namun... harapannya hancur seketika ketika ia menoleh ke belakang. Bukan pagar yang dahulu selalu menopangnya ketika rubuh, bukan pagar yang menjadi tempat bersandar kala ia jatuh. Dan pohon pisang pun berkata kepada pagar yang baru itu.
“Siapa kamu..? kemana pagar yang dahulu ...?”, tanyanya dengan isak tangis.
“Tenang...tenang, aku pagar baru yang menggantikan pagar yang rubuh itu.”, ujar pagar baru itu.
“Seminggu yang lalu pagar tua itu rubuh dan Pak Tani meminta ku untuk menggantikan tugas pagar itu”, sambungnya.
Kelihatan nya pohon pisang itu kembali sedih dan terpuruk. Ia menyesal karena selama pagar ada di sisinya, i tak pernah menghiraukannya lagi. Ia emrasa menjadi mahluk paling kejam di seluruh dunia. Air matanya berjatuhan, karena tak kuat menahan sedih yang ia pendam.
“Loh...loh... kenapa kamu menangis ?? AAAHHHH....! apakah kamu pohon pisang yang dahulu pernah bersandar pada pagar tua itu smpai berbulan-bulan...?”, tanya sang pagar dengan penuh semangat.
“Iyah”, jawabnya singkat sambil menyeka air mata dengan dedaunan yang tumbuh subur.
“Pagar tua it menitipkan pesan kepadamu.”, ujar sang pagar.
“Benarkah ?? Apa itu...??”, tanya pohon pisang.
“Ia ingin kau tetap bersemangat walau dia tak ada. Karena ia sudah cukup senang ketika ber- sahabat dengan mu. Itu merupakan pengalaman berharga baginya.”, jawab pagar baru itu.
“yah,,,! Aku akan lebih bersemangat dan aku tak akan menyia-nyiakan waktu ku lagi. Aku tak ingin mereka yang telah rubah hidupku hilang seperti hilangnya pagar yang ramah itu.”, gumamnya dalam hati.
“Ooh... terimakasih ya wahai pagar baru yang baik hati. Pesan itu cukup membuatku senang dan tenang.”, kata pohon pisang kepada pagar baru itu.
“Kembali kasih, wahai pohon pisang.”, jawab pagar itu.
Hari ini pohon pisang itu mendapat pengalaman yang sangat berharga. Tertanam di lubuk hatinya yang paling dalam agar tidak menyia-nyiakan sosok yang telah membangunnya kembali sperti sediakala. Masih ada waktu bagiku untuk tetap berjuang dan menjadi sosok yang ramah, tegar,kuat,bijaksana, dan selalu memberi dorongan untuk teman seperti yang di lakukan oleh sang pagar. Juga untuk mendidik tunas baru dan teman-teman sesama pohon pisang agar memiliki hati yang ikhlas dan jiwa rela berkorban yang tertancap di benaknya setelah kepergian sang pagar.
“SELAMAT TINGGAL WAHAI SANG PAGAR YANG BAIK HATI. SEMANGATMU AKAN AKU TULARKAN PADA TEMAN-TEMANKU”, tekadnya sambil menghadap ke depan, berjanji sambil mengarah matahari yang mulai tenggelam senja itu.
Nah, itulah di atas sebuah Cerita Kehidupan, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita kehidupan ini. cerita ini di kirim oleh Febby Citra lestari (febby.citralestari@yahoo.co.id). setalah membaca cerita kehidupan ini ada baiknya anda membaca juga cerpen Islmi agar bisa menambah sedikit wawasan kehidupan.
Makin lama, makin tua pohon pisang itu tak pernah berbuah lagi. Bahkan ia hanya bisa melihat teman-temannya berbuah. Ia hanya dapat bersandar tak berdaya pada sebuah pagar kayu tua sederhana.Dia hanya bia menangis dan kadang melamun sambil melihat teman-temannya yang sedang produktif berbuah itu sambil mendapat pujian dari banyak petani. Hanya dia yang terdiam di pojok kebun itu.
“Dulu aku layaknya mereka. berbuah manisdan besar. Senang ketika melihat para petani itu tersenyum sambil memuji kelebihan ku jika di banggakan dengan pohon-pohon yang lainnya. Namun kini... aku hanya menyusahkan mereka.. dan hanya mampu bersandar di pagar sederhana ini.”, keluhnya pada sang pagar yang tua itu.
“Emmh... aku sama sekali tidak keberatan jika kau bersandar padaku. Bahkan... aku merasa bahagia, karena aku bisa menjadi tempat kau bersandar.”, jawab pagar yang ramah itu.
“Memang apa untungnya untukmu....?”, jawab pohon pisang itu penasaaran.
“Tak taulah... mungkin tidak ada. Selama ini aku hanya mampu mengagumi keindahan daunmu, melihat betapa besarnya buahmu, di sanjung oleh banyak petani karena hasilmu yang sangat mengagumkn itu. Aku selalu berharap kau dapat melihatku. Namun, jangankan untuk melihatku... untuk melirik aku pun saja tak pernah kau lakukan.”jawab pagar dengan penuh makna.
Kelihatannya pohon pisang tambah kebingungan. Dan ia pun bertanya.
“Lalu apa yang membuat mu senang ketika aku bersandar di hadapan mu...? bukankah seharusnya kau membeciku karena aku sangat acuh kepadamu.??”
“Waaah...aku tak bisa bertindak seperti itu. Bagaimanapun, tugas ku adalah menjaga dan melindungi mu. Dan menjadi sesuatu yang berharga bagiku jika aku menjadi tempat bersandarmu. Artinya, fungsi ku bertambah walaupun aku sudah jelek seperti ini.”, jawab sang pagar dengan selalu merendah.
Pohon pisang pun seakan mendapat cahaya terang ketika mendapat jawaban dari sang pagar. Sepertinya hidupnya akan kembali cerah. Lama kelamaan, hari berganti hari, berganti bulan, pohon pisang itu terus bersandar pada sang pagar. Setiap harinya, ia selalu mendapat nasihat-nasihat baru yang selalu membuatnya bangkit kembali walau sedikit demi sedikit. Persahabatan mereka pun terjalin begitu indah dan mengagumkan. Hasil dari nasehat sang pagar akhirnya membuat pohon pisang mempunyai semangat baru yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Akhirnya, dengan susah payah pohon itu kembali bangkit.
“Huuaaah... akhirnya sekian lama aku bersandar, mencoba untuk menata diri, akhirnya tercium pula harum kemenangan ini.”, sahut pohon pisang dengan penuh semangat.
Namun, sang pagar hanya tersenyum seolah ia tidak pernah melakukan apa-apa.
Lama kelamaan, pohon itu akhirnya kembali kokoh dan dapat beradaptasi kembali dengan kawan-kawannya seperti semula. Malah, sekarang buah yang ia hasilkan lebih manis dan sangat besar. Mengalahkan hasil panen teman-temannya.
Ia pun kini memiliki banyaaaaak sekali teman. Karena sifatnya yang tak lagi cuek dang sombong. Kini ia ramah, selalu ceria dan bertambah bijak.
Namun... apa kabar sang pagar ???
Ternyata, di balik kesuksesannya menggapai kembali semua yang telah hilang ia menjadi sibuk dan tak ada waktu berbincang bersama pagar seperti yang dahulu ia rutin lakukan.
Sering sang pagar hanya terdiam dan suatu ketika air matanya jatuk ke tanah gembur yang terdapat di kebun itu.
Namun, di menangis bukan karena kehilangan pohon pisang. Ia menangis karena bisa melihat pohon itu kembali tumbuh subur dan melihat segala usaha dan nasehat yang ia berikan selama ini ternyata tidak sia-sia.
“Ternyata aku masih berguna...”, gumamnya dalam hati.
Karena terlalu lama pohon pisang bersandar pada sang pagar, sang pagar pun rubuh dan tidak dapat menjalankan tugasnya seperti sedia kala lagi. Ia tak mampu untuk menjaga pohon-pohon pisang, bukan hanya itu, untuk kembali berdiri sendiri pun ia sudah tak tahan.
Singkat cerita akhirnya sang pagar di ganti kedudukannya dengan pagar baru yang kuat, gagah, dan kokoh. Suatu ketika, ketika pohon pisang memiliki waktu luang ia iangin berbai kebahagiaannya dengan pagar. Dengan menceritakan semua kesuksesan yang tengah ia raih kembali. Juga tak lupa mengabarkan bahwaia telah memiliki tunas baru yang akan segera berbuah. Ia pun akan berterima kasih pada sang pagar karena selama ini nasehat-nasehatnya lah yang dapat membuat pohon pisang kembali seperti ini.
Namun... harapannya hancur seketika ketika ia menoleh ke belakang. Bukan pagar yang dahulu selalu menopangnya ketika rubuh, bukan pagar yang menjadi tempat bersandar kala ia jatuh. Dan pohon pisang pun berkata kepada pagar yang baru itu.
“Siapa kamu..? kemana pagar yang dahulu ...?”, tanyanya dengan isak tangis.
“Tenang...tenang, aku pagar baru yang menggantikan pagar yang rubuh itu.”, ujar pagar baru itu.
“Seminggu yang lalu pagar tua itu rubuh dan Pak Tani meminta ku untuk menggantikan tugas pagar itu”, sambungnya.
Kelihatan nya pohon pisang itu kembali sedih dan terpuruk. Ia menyesal karena selama pagar ada di sisinya, i tak pernah menghiraukannya lagi. Ia emrasa menjadi mahluk paling kejam di seluruh dunia. Air matanya berjatuhan, karena tak kuat menahan sedih yang ia pendam.
“Loh...loh... kenapa kamu menangis ?? AAAHHHH....! apakah kamu pohon pisang yang dahulu pernah bersandar pada pagar tua itu smpai berbulan-bulan...?”, tanya sang pagar dengan penuh semangat.
“Iyah”, jawabnya singkat sambil menyeka air mata dengan dedaunan yang tumbuh subur.
“Pagar tua it menitipkan pesan kepadamu.”, ujar sang pagar.
“Benarkah ?? Apa itu...??”, tanya pohon pisang.
“Ia ingin kau tetap bersemangat walau dia tak ada. Karena ia sudah cukup senang ketika ber- sahabat dengan mu. Itu merupakan pengalaman berharga baginya.”, jawab pagar baru itu.
“yah,,,! Aku akan lebih bersemangat dan aku tak akan menyia-nyiakan waktu ku lagi. Aku tak ingin mereka yang telah rubah hidupku hilang seperti hilangnya pagar yang ramah itu.”, gumamnya dalam hati.
“Ooh... terimakasih ya wahai pagar baru yang baik hati. Pesan itu cukup membuatku senang dan tenang.”, kata pohon pisang kepada pagar baru itu.
“Kembali kasih, wahai pohon pisang.”, jawab pagar itu.
Hari ini pohon pisang itu mendapat pengalaman yang sangat berharga. Tertanam di lubuk hatinya yang paling dalam agar tidak menyia-nyiakan sosok yang telah membangunnya kembali sperti sediakala. Masih ada waktu bagiku untuk tetap berjuang dan menjadi sosok yang ramah, tegar,kuat,bijaksana, dan selalu memberi dorongan untuk teman seperti yang di lakukan oleh sang pagar. Juga untuk mendidik tunas baru dan teman-teman sesama pohon pisang agar memiliki hati yang ikhlas dan jiwa rela berkorban yang tertancap di benaknya setelah kepergian sang pagar.
“SELAMAT TINGGAL WAHAI SANG PAGAR YANG BAIK HATI. SEMANGATMU AKAN AKU TULARKAN PADA TEMAN-TEMANKU”, tekadnya sambil menghadap ke depan, berjanji sambil mengarah matahari yang mulai tenggelam senja itu.
Nah, itulah di atas sebuah Cerita Kehidupan, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita kehidupan ini. cerita ini di kirim oleh Febby Citra lestari (febby.citralestari@yahoo.co.id). setalah membaca cerita kehidupan ini ada baiknya anda membaca juga cerpen Islmi agar bisa menambah sedikit wawasan kehidupan.